Para model dan designer Komunitas Batik Beakasi (Kombas) berfoto bersama usai mejeng di Indonesia Fashion Parade 2024. |
Designer batik dari Kombas, Dewi Marda, mengungkapkan, dalam
perhelatan IFP tahun ini pihaknya melibatkan 14 model usia 5 hingga 16 tahun, dengan
14 motif batik baru yang dirancangnya. Motif baru yang mejeng dalam IFP kali
ini bernunsa flora dan fauna, yakni motif bambu, ikan gabus, hingga bunga
teleng.
“Batik Bekasi kan terdiri dari lima unsur, ada Sejarah, Flora,
Fauna, Budaya, dan Warna. Nah untuk kali ini kita tampil dengan unsur Flora dan
Fauna,” kata Dewi, Jumat (28/6/2024).
Ia menambahkan, Batik Bekasi memiliki ciri khas yang berbeda
dengan batik pada umumnya dari berbagai daerah. Bahkan bisa dikatakan ada kesan
‘norak’ dimana Batik Bekasi selalu terkesan memiliki warna yang ‘ngejreng’.
“Batik Bekasi warnanya lebih berani, lebih ngejreng, lebih
norak. Warnanya gonjreng-gonjreng gitu, kalau di jawa kan biasanya (warnanya) kalem,”
ujar Dewi sambil tersenyum.
Sementara itu, CEO Indonesia Fashion Parade, Athan Siahaan
mengungkapkan, dengan mengangkat tema Wastranesia, IFP 2024 kali ini fokus
untuk menampilkan sejumlah wastra asli nusantara atau kain dengan ciri khas
dari berbagai daerah di Indonesia.
“Tujuannya untuk mengingatkan generasi muda akan wastra nusantara
sejak dini, karena itu dalam IPD tahun ini kita juga ada model search
dengan peserta dari anak-anak,” ungkap Athan Siahaan.
Menurutnya, untuk perhelatan IFP tahun ini memang tidak
melibatkan designer dari berbagai negara seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya,
tahun ini pihaknya memang tengah fokus untuk mengenalkan wastra nusantara kepada
generasi muda.
“Kita tidak mengundang designer dari negara lain seperti tahun
lalu, jadi tahun ini hanya designer muda dari Sabang sampai Merauke. Semua wastra
ada, termasuk batik Bekasi,” katanya.
Athan menambahkan, dalam setiap event IFP digelar, Batik
Bekasi selalu turut tampil bersama Komunitas Batik Bekasi (Kombas). Ia sendiri
mengaku bangga, dan tidak jarang ikut mengenakannya pada berbagai kesempatan.
Designer kenamaan ini mengungkapkan, Kombas menjadi
satu-satunya penggerak batik Bekasi yang aktif dalam berbagai kegiatan
bersamanya. Bahkan, sejak sebelum IFP berjalan, Kombas turut andil bersamanya dalam
berbagai acara fashion di berbagai daerah dan di tingkat nasional.
“Kota Bekasi punya batik yang khas, walau banyak yang bilang
agak mirip Jakarta, tetapi tetap punya perbedaan. Warnanya berani, dan nggak
umum,” kata Athan.
Dia berharap agar ke depan, Batik Bekasi tidak saja
digiatkan oleh Kombas dan bisa diperkenalkan luas hingga Tingkat nasional
maupun manca negara. Oleh karena it, kata dia, diperlukan peran dan dukungan
pemerintah daerah agar Batik Bekasi juga turut meningkatkan perputaran ekonomi melalui
komoditi batik. (jaw)